UJUNG KULON – Oase INews.com – Pembangunan ruas jalan antar desa di Kabupaten Pandeglang desa ujung jaya, provinsi Banten sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tentunya dengan tujuan utama yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Salah satu contoh, perlunya pembangunan ruas jalan yang layak di salah satu desa yang ada di Kecamatan Cibaliung menuju Desa Ujung Jaya yang ada di Kecamatan Sumur Ujung Kulon karena rusak parah bahkan sebagian jalan ada yang belum terambah pembangunan atau infrastruktur.
Hal tersebut terungkap ketika wartawan mengadakan kunjungan undangan oleh salah satu keluarga yang bertempat tinggal di Desa Legon Pakis Ujung Kulon Provinsi Banten.
Sepanjang perjalanan terlihat kurang perhatiannya dari Pemprov setempat untuk daerah tersebut, mulai dari Kecamatan Cibaliung sampai ujungnya jalan provinsi tersebut yaitu di desa Tanjung Lame dan Legon Pakis.
Padahal pemandangan alam disana indah dan sangat berpotensi luar biasa bagus sekali menjanjikan untuk menarik wisatawan mancanegara untuk berlibur di daerah pesisir pantai banten daerah sana.
CEK VIDEO MENARIK YANG SATU INI :
Ketika ditanyakan kepada Odi warga setempat yang bertempat tinggal disitu sejak kakek moyangnya yang hidup dijaman Belanda ternyata belum pernah sekalipun desa nya diaspal atau dibangun oleh pemerintah.
Sungguh miris melihat dampak dari tidak meratanya pembangunan didaerah tersebut, karena sejak jaman pemerintahan Soeharto maupun jaman Pemerintahan Gusdur bahkan sampai jaman Jokowi yang katanya suka membangun daerah tetinggal di Papua sana, jalan di dusun Ujung Jaya tetap hancur karena pembangunan yang tidak merata dan benar benar terkesan SEADANYA SAJA.
Harga barang barang pun menjadi naik karena susahnya akses jalan untuk pendistribusian barang ke wilayah tersebut.
Beruntung warga setempat tetap optimis menjalani hidup walaupun dihimpit kenaikan harga barang yang benar benar mencekik leher.
CEK VIDEO MENARIK YANG SATU INI :
Contoh harga gas 3 kg di sana di hargai 30/35 ribu rupiah tergantung letaknya desa mereka, misalkan di daerah Sumur masih 30 ribuan tapi kalau sudah masuk Desa Cikawung sampai Legon Pakis bisa 35 ribu bahkan bisa lebih kalau musim penghujan dikarenakan jalannya susah dan becek jadi roda kendaraan sering rusak masuk kejalan utama provinsi tapi sudah mirip kubangan atau jalan di sawah.
Berharap pada anggaran tahun 2019, pihak pemerintah bisa menganggarkan untuk pembangunan ruas jalan penghubung kurang lebih sepanjang 7 km, dari Desa Sumur yang ada di Kecamatan Sumur menuju Desa Tanjung Lame dan Desa Legon Pakis yang berada di wilayah Dusun Ujung Jaya daerah Ujung Kulon.
Ironisnya ketika ditanya oleh wartawan apakah pernah ada pejabat setempat datang kedesa mereka selama ini, dijawab pernah oleh warga setempat, tapi hanya pada musim Pilkada atau pemilihan Legislatif aja.
“Dulu juga calon Bupati dan calon calon DPRD juga suka kemari pak kalau mau Pilkada untuk minta dukungan suara kepada masyarakat desa sini, bahkan ibu Megawati juga pernah datang ke saya untuk minta diantar ke Baduy dalam sama pak Taufik Kiemas dan Thomas Kiemas waktu jaman pak Harto, sebelum Reformasi, tapi ya gitu deh setelah mereka pada berhasil jadi Bupati, Gubernur, Presiden maupun jadi anggota DPR nasib kita tetap saja gini gini aja infrastruktur tetap hancur, cuma janji saja mas mereka semua sebatas pilkada” kata Abah Jemi berkaca kaca pasrah.
Jemi sukarca (75) tokoh adat setempat mengatakan,apabila ruas jalan penghubung antara dua Desa itu dibangun, hal tersebut akan berguna serta dinilai sangat efektif bagi rakyat desa ujung kulon.
Mengingat nantinya bukan hanya warga dari dua Desa itu saja sebagai pengguna jalan tersebut, melainkan ada banyak Desa dari dua Kecamatan yang juga bisa mempergunakan fasilitas infrastruktur itu, dan otomatis harga barang jadi terjangkau tidak mahal lagi.
“Intinya infrastruktur adalah bagian kepentingan vital bagi masyarakat yang berada dipedalaman dan terpencil di daerah Ujung Kulon ini, yang kehidupannya juga benar benar terisolasi dengan dunia luar. karena kemajuan pembangunan yang merata dikabupaten, adalah bisa menjadi salah satu poin penilaian dari luar yakni dilihat dari kemajuan infrastruktur diwilayah perbatasan desa desanya”, tutup abah Jemi tokoh adat yang dituakan didaerah tersebut.
Belum lagi konflik warga dengan pihak taman nasional Ujung Kulon yang berseteru tidak berkesudahan mengenai tapal batas kepemilikan tanah warga.
sampai hari ini warga Ujung Kulon masih bingung mengenai tapal batas wilayah, hal inilah yang menyebabkan warga tidak mempunyai sertifikat kepemilikan tanah.
Pihak pemerintah lewat dinas perhutanan mengklaim kalau tanah yang dimiliki oleh warga setempat adalah milik taman nasional.
CEK VIDEO MENARIK YANG SATU INI :
Padahal para penduduk disana sudah ada dan menempati daerah tersebut sejak jaman penjajahan Belanda ratusan tahun yang lalu.
Ini terbukti dengan adanya upacara Adat dan Ritual Agama yang sering dijalani oleh warga pada waktu waktu tertentu, misalnya pada saat tanam padi, tuai padi, giling padi, semai padi, pernikahan dan khinatan.
itu menandakan kalau di daerah ujung kulon sudah terdapat peradaban masyarakat yang majemuk yang telah ada dan berinteraksi dengan sesama di daerah tersebut selama ratusan tahun, bahkan sebelum negri ini merdeka dari penjajahan.
Tapi setelah Indonesia merdeka apa yang didapat oleh mereka?
Sepucuk surat pengakuan tanah warga saja yang notabene empunya wilayah tidak sama sekali mereka dapatkan, seperti jaman penjajahan saja ???
Dengan kata lain yang artinya warga Ujung Kulon walau mengalami pergantian presiden sampai 7x dan memasang bendera merah putih pada hari raya kemerdekaan, tapi dihati mereka seyogyanya belum juga merdeka.
Hal inilah yang menjadi konflik kepanjangan bahkan sempat merengut korban jiwa pada tahun tahun sebelumnya, yaitu penembakan warga oleh Polisi Hutan yang katanya mereka merambah atau mengambil buah di daerah zona Taman Nasional, yang seharusnya itu adalah halaman rumah mereka, tanah milik nenek moyang mereka.
Karena pada faktanya merujuk dari berbagai upacara adat dan ritual keagamaan yang ada didaerah sana, nenek moyang mereka memang benar sudah ada dan menempati kawasan tersebut sejak dahulu kala , sebelum indonesia merdeka !!!
Laporan liputan khusus Oase Indonesia News dari Ujung Kulon Provinsi Banten.
(luq*)
Tinggalkan Balasan