Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Bali, Sabtu (1/12).
Bali, Oase I News.com – Kementerian Perindustrian semakin giat mempromosikan produk fesyen Tanah Air karena memiliki kualitas dan kompetitif di pasar internasional. Hal ini tidak terlepas dari struktur industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di dalam negeri yang telah terintergasi baik hulu maupun hilir.
“Oleh karena itu, pemerintah menargetkan Indonesia sebagai salah satu pusat fesyen dunia. Apalagi, kita ingin menjadi kiblat busana muslim di dunia pada tahun 2020,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Bali, Sabtu (1/12).
Keunggulan produk fesyen nasional di kancah global, tercermin dari nilai ekspor di tahun 2017 yang mencapai USD13,29 miliar atau meningkat 8,7 persen dibanding tahun sebelumnya. “Ini menunjukkan bahwa industri TPT berdaya saing dan berkontribusi besar bagi perekonomian Indonesia,” tuturnya.
Guna memperluas akses pasar fesyen lokal di luar negeri, di hari yang sama, Kemenperin melakukan peluncuran International Muslim Fashion Festival pada pertunjukan fesyen skala internasional: “La Mode” Sur La Seine à Paris. “Pameran fesyen muslim itu akan dilaksanakan tahun 2019. Kami melihat, di Paris menjadi momen penting untuk menyosialisasikan event tersebut,” ujar Gati.
Potensi acara “La Mode” Sur La Seine à Paris itu dihadiri 400 peserta dari mancanegara, antara lain Italia, Australia, Jerman, Taiwan, Korea, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Spanyol, Inggris dan Rusia. “Jadi, target yang ingin kami capai dari peluncuran kegiatan ini adalah meningkatkan nilai ekspor produk fesyen nasional khususnya fesyen muslim di pasar Eropa dan negara-negara OKI,” imbuhnya.
Gati menjelaskan, “La Mode” Sur La Seine à Paris diselenggarakan oleh Indonesian Fashion Chamber (IFC). Ini merupakan organisasi desainer dan pelaku usaha fesyen dengan jumlah anggota terbesar dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mewadahi desainer yang telah siap merambah pasar global.
“Melalui event tersebut, anggota IFC diberi kesempatan untuk memperkenalkan karyanya di tingkat internasional sekaligus menjalin bisnis dengan mitra potensial dan meningkatkan ekspor,” paparnya. Menjadi menarik, fashion show digelar di kapal pesiar yang berlayar mulai dari Menara Eiffel dengan menyusuri Sungai Seine dan mengelilingi sejumlah lokasi ikonik di pusat mode dunia, Kota Paris.
Adapun 16 desainer Indonesia yang terlibat di “La Mode” Sur La Seine à Paris, antara lain Lisa Fitria, Deden Siswanto, Lenny Agustin, Sofie, Ali Charisma, Shanty Couture, IDENTIX by Irma Susanti, Lia Mustafa, Lia Soraya, Rosie Rahmadi, #Markamarie, Istituto Di Moda Burgo Indonesia, ZELMIRA by SMK NU Banat, dan PemerintahProvinsi Aceh melalui Dinas Pariwisata Aceh menampilkan koleksi REBORN29 by Sukriyah Rusdy.
“Mereka menampilkan karya yang mengangkat konten lokal sesuai tren global, meliputi kategori busana konvensional hingga busana muslim,” ungkapnya. ZELMIRA misalnya, akan menampilkan 24 koleksi terbaru yang terdiri dari 12 modest fashion dan 12 busana konvensional.
“Karya dari SMK NU Banat Kudus itu sukses di pasar Asia melalui pameran dagang internasional Hong Kong Fashion Week sejak tahun 2016, kini mereka ingin melebarkan pangsa pasar ke Eropa melalui ajang di Paris tersebut,” terangnya. Sementara itu, Lisa Fitria dan Lia Mustafa menampilkan karya busana muslim terbaiknya.
National Chairman IFC Ali Charisma menyampaikan, pergelaran busana di Paris itu ditujukan untuk memperlihatkan keunggulan karya desainer fesyen Indonesia dengan keragaman dan kekuatan etnik lokal di tingkat global. “Pada event ini sangat membuka peluang kerja sama bagi yang hadir,” ucapnya. Dalam rangkaian kegiatan ini, rombongan desainerIndonesia akan melakukan kunjungan ke pabrik lace yang ternama di Paris, “Cité de la Dentelle et de la Mode”.
Generasi muda kreatif
Di samping itu, Gati mengemukakan, Kementerian Perindustrian terus mendorong generasi muda untuk menjadi pelaku industri kreatif khususnya dalam bidang kriya dan fesyen. Upaya ini dilakukan untuk menumbuhkan sektor industri kreatif di dalam negeri agar terus memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
Industri kreatif di Indonesia mencatatkan kontribusi yang terus meningkat terhadap produk domestik bruto (PDB) dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2015, sektor ini menyumbang sebesar Rp852 triliun,sedangkan pada 2016 mencapai Rp923 triliun,dan bertambah menjadiRp990 triliun di 2017. Tahun 2018 diproyeksi tembus hingga Rp1.000 triliun.
“Industri kreatif adalah tulang punggung bagi perekonomian Indonesia. Saat ini, pelaku industri kreatif masih didominasi oleh rentang usia di antara 30-59 tahun,” ungkapnya. Untuk itu, perlu peningkatan pengusaha muda kreatif di tengah era ekonomi digital. “Dengan potensi bonus demografi yang akan dinikmati Indonesia, sudah selayaknya mendorong generasi milenial untuk lebih produktif,” imbuhnya.
Guna mencapai sasaran tersebut, Kemenperin telah melaksanakan kegiatan Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA) sebagai bagian dari program Bali Creative Industry Center (BCIC). “IFCA diselenggarakan untuk menyaring desainer muda dalam bidang kriya dan fesyen yang akan menjadi motor penggerak industri kreatif nasional. Sasaran program ini adalah yang berusia di bawah 30 tahun,” paparnya.
Pendaftaran telah dilakukan pada tanggal 27 September-5 November 2018 dengan jumlah peminat sebanyak 182 peserta yang berasal dari Universitas Udayana, ISI Denpasar, ITB, Telkom University, Universitas Binus, ISI Yogyakarta dan beberapa perguruan tinggi lain.
Dewan juri yang terlibat adalah Ahadiat Joedawinata (Dosen Senior FSRD ITB), Suud Alwi (Praktisi Fashion), Shinta Djiwatampu (Fashion Design Program Director of LaSalle College Jakarta), Arief Budiman (Founder Rumah Sanur), Adolf Siregar (Chief Strategy Consultant Arrbey).
Selanjutnya, dalam pelaksanaan IFCA tahun ini, Direktorat Jenderal IKM Kemenperin berkolaborasi dengan Taiwan Design Center dalam bidang peningkatan kapasitas desainer melalui workshop yang akan dilaksanakan di Taiwan. “Sebanyak enam desainer terbaik nantinya akan diberangkatkan ke Taiwan untuk mendapatkan workshop desain dan menghadiri Taiwan Golden Pin Design Awards untuk membuka wawasan dan meningkatkan kapasitas mereka,” tambah Gati.
Selain acara IFCA, Ditjen IKM melalui BCIC juga melaksanakan kegiatan Inkubator Bisnis Kreatif yang bekerjasama dengan Universitas Prasetiya Mulya. Melalui program ini, para pelaku IKM kreatif bidang kriya dan fesyen akan diberikan pelatihan dan pendampingan untuk mengembangkan bisnis (scalling-up). Selain itu, dilaksanakan program Desain Laboratory untuk meningkatkan kapasitas pelaku Industri Kecil dan Menengah Kriya dan Fesyen di Sentra IKM kolaborasi antara desainer dan sentra industri kecil dan menengah untuk menghasilkan desain produk kriya dan fesyen yang inovatif.( SRY )
Tinggalkan Balasan