Masyarakat Butuh Arahan Tegas Dari Pemerintah Menghadapi Covid-19
Jakarta, 20/06/2021 OaseIndonesiaNews.com.Com
Inisiator koalisi warga Lapor Covid-19, Ahmad Arif, menilai saat ini masyarakat menghadapi pandemi Covid-19 tanpa arah yang jelas.
Ia berpendapat, tidak ada transparansi data serta informasi dan edukasi yang memadai soal pandemi Covid-19 itu sendiri.
Selain itu, kata dia, tidak ada kepemimpinan yang tegas dalam menghadapi krisis di masa wabah penyakit ini.
“Transparansi data dan informasi mestinya jadi kunci penting bagi pemahaman dan respons warga dalam memahami wabah. Kami melihat tidak adanya kepemimpinan yang tegas dan jelas di tengah krisis multidisiplin ini,” ujar Arief dalam konferensi pers ‘Desakan Emergency Responses: Prioritas Keselamatan Rakyat di Tengah Pandemi’ yang diselenggarakan secara daring, Minggu (20/6/2021).
“Bahkan ketika rumah sakit sudah nyaris kolaps seperti sekarang ini, kita tidak melihat adanya sense of crisis yang ditunjukkan pemimpin kita. Kita seperti perang tanpa panglima,” tambahnya.
Menurut Arif, situasi pandemi Covid-19 di tanah air yang kian mengkhawatirkan disebabkan inkonsistensi kebijakan pemerintah selama 15 bulan ini.
Ia mengatakan, narasi kebijakan yang disampaikan satu kementerian dengan kementerian lainnya bisa berbeda-beda dan kerap bertolak belakang.
“Situasi ini adalah cermin dari inkonsitensi kebijakan pandemi yang dilakukan pemerintah. Misal, satu kementerian mempromosikan pembatasan dan protokol kesehatan, tapi kementerian lain mendorong mobilitas,” katanya.
Selain itu, Arif menyatakan, pemerintah gagal memberikan jaring pengaman sosial bagi masyarakat. Masyarakat yang tidak punya pilihan untuk bekerja dari rumah, mau tidak mau tetap bekerja di luar rumah dengan segala risiko.
Belum lagi, lanjut Arif, sebagian masyarakat yang tidak percaya dengan Covid-19 dan tidak mau mematuhi protokol kesehatan.
Menurutnya, ini juga disebabkan kegagalan pemerintah dalam menyampaikan narasi yang konsisten terkait pandemi Covid-19.
“Kegagalan bangsa dalam memberikan jaring pengaman sosial membuat sebagian orang tetap bekerja di luar dengan penuh risiko. Faktor lain tentu ada, misal banyak yang tidak percaya Covid-19 dan tidak patuh prokes, tapi ini juga terkait dengan kegagalan komunikasi risiko kita,” pungkas Arif.
(WD)
Tinggalkan Balasan