SURAKARTA, Oase INews.com – Kementerian Perindustrian terus mendorong pondok pesantren di seluruh Indonesia menjadi ekosistem dalam penumbuhan wirausaha industri baru. Upaya ini sebagai salah satu strategi nasional yang tengah dijalankan untuk memasuki era revolusi industri keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Dalam implementasi ekonomi digital itu yang penting di antaranya adalah membangun ekosistem. Jadi, pondok pesantren ini yang perlu kita bidik karena memiliki basis dan potensi besar untuk menggerakkan perekonomian nasional,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara bertema “Program Penumbuhan Wirausaha Baru di Pondok Pesantren” di Surakarta, Senin (21/5) petang.
Menperin menjelaskan, pihaknya aktif menyosialisasikan penerapan revolusi industri 4.0 sebagai suatu perubahan yang bisa membawa peluang atau kesempatan bagi siapapun yang mempunyai talenta termasuk santri. “Era ini bukan sesuatu yang mengkhawatirkan seperti terjadinya disrupsi,” jelasnya.
Oleh karena itu, ekonomi digital menjadi tools atau alat dalam mewujudkan demokratisasi ekonomi. Artinya, kesempatan tersebut terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia agar menjadi wirausaha yang mandiri dan tangguh. “Sehingga ekonomi ini tidak hanya dimiliki oleh sebagian kelompok atau elite tertentu saja,” ungkap Airlangga.
Dengan jumlahnya yang cukup banyak dan tersebar di seluruh pelosok daerah, pondok pesantren memiliki peran penting sebagai agent of development yang strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya masyarakat di pedesaan. “Apalagi, para santri yang mayoritas adalah generasi muda ini selain berpendidikan juga memiliki integritas dan mental yang tangguh,” imbuhnya.
Hal tersebut sejalan dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, dalam menghadapi revolusi industri 4.0, Indonesia akan menikmati bonus demografi selama 15 tahun ke depan atau momentum di mana jumlah penduduk bakal didominasi oleh mereka yang usia produktif (15-64 tahun)denganmencapai 70 persen.Kondisi ini dapat memacu kinerja ekonomi nasionalsemakin tumbuh maksimal, salah satunya target Indonesia menjadi negara dalam 10 besar ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030.
“Para santri mampu berkontribusi terhadap pembangunan bangsa dan perekonomian nasional. Maka itu, khusus di lingkungan pondok pesantren, Kemenperin telah melaksanakan program yang dinamakan Santripreneur untuk menumbuhkan wirausaha industri baru serta industri kecil dan menengah (IKM),” paparnya.
Di hadapan lebih dari 1000 santri dari berbagai pondok pesantren yang dimiliki Muhammadiyah, Menperin memberikan apresiasi kepada lembaga pendidikan agama di lingkungan organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tersebut. “Dari 236 pondok pesantren yang dimiliki Muhammadiyah, telah dimasukkan kurikulum pendidikan tentang kemandirian dan wirausaha. Ini yang menjadi modal kemampuan untuk berdiri di atas kaki sendiri,” terangnya
Para santri itu antara lain dari Pondok Pesantren Hajjah Nuriyah Shabran, Pondok Pesantren KH. Mas Mansur, Pondok Pesantren Muhammadiyah Abu Bakar, Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo, dan Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta.
Pemberian peralatan industri
Pada kesempatan tersebut, Menperin secara simbolis menyerahkan mesin dan peralatan produksi roti kepada Pondok Pesantren Hajjah Nuriyah Shabran serta mesin dan peralatan pengelasan kepada Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta.
“Mesin pembuat roti ini kami berikan salah satunya untuk mendorong penumbuhan wirausaha industri berbasis kuliner. Untuk pesantren lainnya, kami juga fasilitasi bantuan peralatan lain, tergantung kebutuhan dan permintaannya,” kata Airlangga.
Sebagai pilot project yang dimulai pada tahun 2017, program Santripreneur yang telah dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur, meliputi Pondok Pesantren Sunan Drajat di Kabupaten Lamongan dan Pondok Pesantren Lirboyo di Kota Kediri. Seiring pelaksanaan program Santripreneur tersebut, Kemenperin memiliki dua model dalam pengembangannya, yaitu Santri Berindustri dan Santri Berkreasi.
Santri Berindustri merupakan upayapengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh ponpes maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.
Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa ponpes untuk menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini.
Pada tahun 2018,Kemenperin melalui Direktorat Jenderal IKM telah melakukan kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Produk IKM Makanan Ringan di Pondok Muhammadiyah Hajjah Nuriyah Shabran Surakarta, Bimtek IKM Pengelasan di Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta, dan Bimtek Pengolahan Limbah Plastik di Ponpes Hidayatul Mubtadiin Lirboyo.
Selanjutnya, Bimtek Penumbuhan Wirausaha Baru IKM Busana Muslim di Ponpes Al-Quran Al Falah Bandung, Bimtek Perbengkelan Roda Dua di Ponpes Suryalaya Tasikmalaya, Bimtek Pengembangan Unit Usaha Pengolahan Roti di Ponpes Fathiyyah Al Idrisiyyah Tasikmalaya, Bimtek IKM Perbengkelan Roda Dua di Ponpes Buntet Cirebon.
Juga dilaksankan Bimtek Pengembangan Unit Usaha Kopi di Ponpes Al Ittifaq Bandung dan Bimtek Pupuk Organik Cair di Ponpes Saung Balong, Majalengka.“Program pelatihan berupa Bimtek tersebut dilaksanakan guna menciptakan SDM yang kompeten dan profesional sesuai kebutuhan industri dalam mendukung kemandirian ekonomi nasional,” ungkap Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih.
Gati mengatakan, sudah saatnya pondok pesantren memperkaya perannya menjadi lebih besar lagi yaitu sebagai pusat inkubasi dakwah berbasis kewirausahaan. “Pesantren diharapkan mampu mencetak entrepreneur berbakat yang tidak hanya bisa berdakwah kepada umat, namun juga menyejahterakan umat dalam menciptakan banyak lapangan pekerjaan,” jelasnya.
Dalam mendukung implementasi industri 4.0, lanjut Gati, pondok pesantren berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan industri di Indonesia terutama melalui pemberdayaan UMKM dan penguasan teknologi.(*/Red)
Editor : Kosasih
Tinggalkan Balasan