Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai bertemu dengan CEO Mitsubishi Motors Corporation (MMC) Osamu Masuko di Jakarta, Rabu (3/10).
Jakarta, Oase I News.com – Industri otomotif di Indonesia masih menunjukkan geliat positif dalam upaya meningkatkan kinerjanya di tengah tekanan dinamika perekonomian global. Sektor strategis ini semakin memperdalam struktur manufakturnya sehingga diyakini akan lebih berdaya saing global serta mampu memenuhi kebutuhan di pasar domestik dan ekspor.
“Salah satunya kami memberikan apresiasi kepada Mitsubishi Motors atas komitmennya menambah investasi di Indonesia, dengan meningkatkan kapasitas produksinya, tenaga kerjanya, dan ekspornya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai bertemu dengan CEO Mitsubishi Motors Corporation (MMC) Osamu Masuko di Jakarta, Rabu (3/10).
Menurut Menperin, langkah Mitsubishi tersebut sebagai wujud nyata semangat dan kepercayaan diri pelaku industri di dalam negeri untuk terus melakukan ekspansi. “Mereka juga akan mendirikan pabrik mesin Xpander di Indonesia sehingga dapat mengoptimalkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Ini bagus untuk mengurangi ketergantungan impor,” imbuhnya.
Airlangga menegaskan, industri otomotif merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang tengah diprioritaskan pengembangannya karena disiapkan menjadi pionir dalam penerapan revolusi industri keempat. Hal ini sesuai dengan inisiatif peta jalan Making Indonesia 4.0.
Untuk itu, Kementerian Perindustrian aktif mendorong terciptanya penambahan investasi baru maupun perluasan usaha, serta mengajak pelaku industri otomotif untuk mengadopsi teknologi terkini. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk merealisasikan target produksi mobil sebanyak 1,5 juta unit pada tahun 2020.
Selanjutnya, pada triwulan I tahun 2018, industri alat angkutan tumbuh sebesar 6,33 persen, di ataspertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,06 persen. Industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain, juga masuk dalam limabesar investasi sektor manufaktur pada kuartal pertama tahun ini dengan nilai sebesar Rp3,35 triliun.
“Industri otomotif merupakan sektor andalan yang berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional,” tegas Menperin. Ini tercermin darisumbangsihnya kepada PDB yang mencapai 10,16 persen pada tahun 2017serta mampu menyerap tenaga kerja langsung sekitar 350 ribuorang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,2 juta orang.
Sementara itu, Masuko menyampaikan, pihaknya mengakui bahwa Indonesia sebagai salah satu negara tujuan utama investasi dan menjadi pasar penting untuk penjualan. “Dengan mengembangkan bisnis di Indonesia, MMC berkomitmen untuk memberikan kontribusi signifikan secara berkelanjutan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” tuturnya.
Bahkan, Indonesia dijadikan production hub MMC selain Jepang dan Thailand untuk melakukan ekspor ke seluruh dunia. “Saat ini, Xpander produksi Indonesia, telah diekspor ke Vietnam, Filipina, Thailand Bolivia, dan akan dilanjutkan ke negara-negara lain,” imbuhnya.
Guna memenuhi sasaran tersebut, pabrik Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) di Bekasi akan melakukan peningkatan kapasitas produksi Xpander. Kapasitas produksi tahunan saat ini mencapai 160.000 unit, dan akan ditingkatkan menjadi 220.000 unit pada tahun 2020.
“Pengembangan ini juga tentunya merupakan hasil dari komitmen investasi sebesar 4 miliar Yen (sekitar Rp 540 miliar) dan akan memberikan tambahan lapangan kerja bagi 800 orang di pabrik Bekasi untuk melengkapi total karyawan menjadi 4.100 orang,” jelas Masuko.
Perakitan Xpander otomatis akan meningkat dari 115.000 unit menjadi 160.000 unit pada tahun 2020. Ekspor juga ikut melonjak dari 30.000 menjadi 50.000 unit. Xpander telah membukukan 100.000 angka pemesanan di Indonesia sejak diperkenalkan bulan Agustus 2017 hingga akhir September 2018.
Di samping itu, Masuko menambahkan, mesin Xpander akan diproduksi di Nissan Motor Indonesia (NMI), anak perusahaan Nissan Motor Co., Ltd di Indonesia, mulai tahun 2020. Hal ini akan meningkatkan rasio penggunaan suku cadang lokal pada Xpander dari 71 persen menjadi 80 persen yang tentunya akan membawa manfaat ekonomi bagi rantai pasokan lokal. Pengembangan di fasilitas NMI akan mampu memproduksi 160.000 unit mesin per tahun. ( S R Y )
Tinggalkan Balasan