HM Syamsudin, HS, M Pd, Kepala SMAN 12 Tangerang Selatan.
Oase I News.com – Terkait dengan adanya sistem baru atau zonasi dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) siswa-siswi sekolah secara nasional pada tahun ajaran 2019. Berbagai kekurangan dan kelebihan dengan sistem zonasi tersebut, membuat pihak sekolah maupun orang tua murid dibuat pusing dengan pola dan sistem PPDB yang baru tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, HM. Syamsudin, HS, M. Pd Kepala SMAN 12 Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku memiliki kiat dan caranya sendiri guna mengantisifasi ekses negatif dari sistem PPDB yang baru guna tetap dapat menjaga kualitas dan mutu akademik, skil SDM maupun moral (akhlaq) para siswa dan siswi di sekolahnya.
Menurut HM. Syamsudin, untuk tetap dapat menjaga mutu serta kualitas sekolah tersebut, dalam memimpin dan memajukan sekolah harus selalu memiliki semangat juang yang tinggi dan ikhlas dalam bekerja.
Karena dengan berbagai keterbatasan yang ada terutama masalah Sumber Daya Manusia (SDM) kita tidak mungkin akan berdiam diri tanpa melakukan berbagai langkah dan inovasi serta kreatifitas untuk memberikan sumbangsih kita kepada sekolah.
Yang terpenting bagi kita adalah bagimamana diri kita dapat mengubah sesuatu atau keadaan yang tadinya tidak bagus atau kurang bagus, bisa menjadi bagus dan berguna serta bermanfaat bagi banyak orang.
“Ingatlah bahwa dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan yang ada, tapi kita masih ada Tuhan yang akan selalu membantu kita dalam meraih keberhasilan.
Jika kita tetap memiliki semangat untuk bekerja keras dan berinovasi memanfaatkan SDM yang ada dengan baik dan maksimal,” tandas alumnus IKIP Jakarta tahun 2005 serta Pesantren Assafi’iyah tersebut.
Kepala sekolah yang dikenal tegas dan berwibawa dimata para guru dan siswanya di SMAN 12 Tangsel tersebut mengatakan bahwa, kebiasaan kita membanding-bandingakan sesuatu dengan yang lainnya itu kurang baik dan bagus. Karena pada dasarnya manusia itu tidak ada yang sempurna, kecuali Nabi.
Setiap manusia itu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karena pada dasarnya membanding-bandingkan itu berarti ada yang lemah dan ada yang tidak, dan itu berarti menjelek-jelekan orang lain walaupun niatnya tidak.
“Dalam ajaran agama hal seperti itu dilarang dan tidak dibenarkan. Karena yang terpenting jika kita ingin berhasil hidup didunia dan diakhirat itu adalah bagaimana kita mampu berinovasi dan berbuat baik kepada orang lain dan bermanfaat bagi banyak orang,” tegasnya.
Dirinya memberikan ilustrasi bahwa besar kecilnya nilai sebuah uang atau materi itu tergantung dari bagaimana kita bisa melihat dan memandang serta menghargai nilai materi yang kita peroleh.
Jika nilai materi itu kita sikapi dan terima dengan rasa syukur dan keikhlasan maka kita akan merasa cukup. Tapi jika nilai materi itu kita pandangnya dari kaca mata keserakahan dan hawa nafsu, maka berapapun nilai materi yang kita peroleh tidak akan pernah cukup dan dapat memberikan kepuasan dalam hati dan jiwa kita. ( Simon )
Tinggalkan Balasan