Ketika Seniman Kota Tangsel Itu Melepas Sang Bidadari Surganya Menghadap Sang Pencipta

Oleh  : Kang Agus Grave  (Seniman Bulungan dan Aktivis Seni Kota Tangsel)

 

Oase I news.com, Kota Tangsel- Meila Kusharni binti Unardi Kusna

demikian nama seorang wanita Sholihah yang saya nikahi 14 tahun silam. Meila biasa dipanggil dengan sebutan Nabila, merupakan wanita Sholihah yang sangat penyabar. Seringkali perahu rumah tangga kami hampir karam ditengah gelonbang, akan tetapi dengan kesabaran istri Sholehah ku itu (Nabila) rumah tangga kami selalu dia menyelamatkan perahu itu, tak terhitung berapa banyak dia selalu MEMINTA MAAF terlebih dahulu.

Nabila istri ku yang Sholehah itu tak pernah meminta uang belanja berlebihan, dikasih ia terima tak dikasihpun dia tak meminta, istriku masih pandai bersyukur karena yang penting suaminya sehat. Nabila merupakan istri yang sangat PENYAYANG, kadang rela mengorbankan keinginannya sendiri, kalah dengan keinginan suaminya.

Saking sayangnya Nabila pada suaminya, dia gak mau makan jika suaminya tak turut makan bersamanya ketika di rumah. Dan yang SANGAT LUAR BIASA dari wanita Sholehah ku itu adalah, dirinya membolehkan diriku untuk Berpoligami JIKA MAMPU secara moril serta materil.

Lagi-lagi saking sayangnya istriku itu bahkan sudah terlalu sayang dan cinta pada suaminya, sampai dia pernah bilang padaku, Jika umur boleh diatur maka dia ingin yang meninggal nanti harus dia terlebih dahulu, kenapa? Karena dia bilang,”Aku gak akan kuat jika abang yang meninggal duluan”. Sedalam itulah sayangnya Nabila terhadap suaminya.

Istri ku sangat perhatian padaku, sampai baju yang akan aku pakaipun harus bersih dan tidak asal pakai jika aku akan keluar rumah. Dia maunya makan bareng di rumah dengan ku karena rasa sayangnya pada suaminya, selalu ingin bareng walau hanya sekedar makan dan itupun tak setiap hari karena kesibukan ku di luar rumah.

Demi Allah, jika bukan dia yang menemani ku hidup selama 14 tahun, mungkin perahu rumah tangga kami sudah karam. Tetapi dengan Kesabarannya, Sayangnya dan Perhatian yang luar biasa membuat dia bertahan mendampingi ku. Tetap menjadi wanita Sholihah adalah pilihannya denga pertaruhan keluar dari tempat kerja yang sudah nyaman dan lama digelutinya, tetapi dia rela RESIGN atas permintaan suaminya demi tetap mempertahankan predikatnya sebagai istri yang Sholihah maka dia (Nabila) tetap patuh pada suaminya.

Saya rasa istri Sholehah ku itu sangat paham dengan istilah : “Sebaik- baik Suami adalah yang paling baik memperlakukan istrinya dan sebaik baik istri adalah yang paling taat pada suaminya”.

Dan selama sakitnya pun selau aku penuhi permintaannya, seperti meminta buah yang ternyata saat itu sedang tidak musim hingga aku harus keliling Kota Tangsel untuk mendapatkan buah yang dimintanya dan Alhamdulillah akhirnya kudapatkan juga buah permintaannya itu.

Dan sekarang, setelah istri Sholehah ku itu kini telah meninggal dunia, aku merasa begitu amat sangat kehilangan, diriku hampir sakit menerima kenyataan istri ku yang Sholehah itu kini telah pergi untuk selamaya. Begitu banyaknya chat dan WhatsApp dari teman, sahabat dan kerabat yang mengucapkan belasungkawa, dan setiap aku membacanya pun diriku selalu berlinang air mata.

Namun keponakan ku telah menyadarkan lamunan ku, aku harus kuat menerima kenyataan ini, namun hatiku kembali menangis saat melihat sebuah Sepeda baru yang aku berikan sebagai hadiah terakhir dariku di ulang tahun Nabila istri ku yang Sholehah itu. Hadiah sepeda dariku itu belum sempat sekalipun dia pakai, karena sakit yang dideritanya.

Dan ternyata Taqdir berkata lain. Sampai Ibu ku Hj Indrawati Noor sampai berkata,” kamu takkan pernah dapat lagi wanita sebaik itu Gus”. Aku pun menjawab “iya bu seraya membenarkan dalam hati”.

Istri ku meninggal dunia dihari baik, yaitu hari Jum’at, 13 Agustus 2021 Pukul 17.24 WIB dan dimakamkan di Jati Sari Bekasi. Banyak tokoh dan pejabat di Kota Tangsel yang menyampaikan kepadaku akan membantu proses penguburan istriku yang Sholehah itu di Kota Tangsel, dan tidak ketinggalan juga ketua ICCN Korda Banten (Hilmi Fabeta), tetapi sesuai musyawarah keluarga besar kami, Nabila istriku yang Sholehah itu kami putuskan di makamkan di Jati Sari Bekasi.

Selamat jalan istri ku yang Sholehah, selamat jalan Bidadari ku didunia. Tunggulah aku kelak di pintu Surga, semoga nanti Alloh SWT akan kembali mempertemukan kita disana dengan rahmat-Nya dan mendapat Syafaat Rasulullah SAW. Amiiin.( Simon )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *