JAKARTA, Oase INews.com- Lembaga Peradaban Luhur (LPL) yang didukung oleh NU Online pada Kamis siang (20/08/2020) menyelenggarakan Webinar Zoom Meetings Seri Ekonomi Islam dengan tema ” Peran Ekonomi Islam Pada Masa Krisis Ekonomi COVID-19 di Asia Tenggara”. Sebagai narasumber Prof. Sahraman D. Hadji Latif, MS, ME (Associate Professor, Department of Econonics, College of Business Administration and Accountancy, Mindanao State University, Marawi City, Philippines); Prof. Dr. David Darmawan ( CEO/Dirut PT. SOCENTIX /Social entrepreneurship Investments Exchange, Bursa investasi Kewirausahaan sosial); dan Gaist Al-Baits (Pemuda Penggerak Ekonomi Desa, Ketua Cakrawangsa 102 KKN UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta); dengan host Rakhmad Zailani Kiki (Ketua LPL).
Acara webinar dimulai dengan sambutan dari Pembina LPL, KH Ali Ghozi, yang menyatakan bahwa Islam merupakan agama rahmatan lil alamain, rahmat bagi semesta alam, bukan hanya rahmatan lil muslimin atau lil mu`min saja; tapi bagi siapa saja; termasuk dalam sistem ekonomi Islam yang juga menjadi rahmat bagi siapa saja, terlebih di masa pandemi COVID-19 yang bukan saja menjadi krisis kesehatan tetapi sudah menjadi krisis ekonomi, terutama menimpa kawasan Asia Tenggara.
Dalam webinar ini diangkat dua negara Asia Tenggara yang mengalami pandemi COVID-19 dan juga krisis ekonomi yang cukup parah, yaitu Indonesia dan Philipina. Philipina menjadi pembahasan karena sama-sama negara kepulauan seperti Indonesia, dan pemerintah Philipina memiliki kebijakan ekonomi yang mirip dengan pemerintah Indonesia dalam mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19.
Selain itu, menurut Prof. Sahraman D. Hadji Latif, MS, ME bahwa walaupun bukan negara Islam dan mayoirtas penduduknya bukan beragama Islam, Philipina merupakan negara petama di Asia Tenggara yang mengadakan bank syariah milik pemerintah pada tahun 70-an, yaitu Al-Amanah Islamic Bank.
Sehingga menarik untuk diketahui sejauh mana peran ekonomi Islam, melalui bank syariah ini dan lembaga keuangan Islam lainnya, dalam krisis ekonomi karena pandemi COVID-19 di negara Philipina.
Dari hasil pemaparan, semua narasumber sepakat bahwa krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 di Asia Tenggara menjadi momentum bagi kebangkitan ekonomi Islam. Sebab, ekonomi Islam memiliki keunggulan, yaitu berbasis aset. Dan kegiatan-kegiatan produktif di sektor riil merupakan penunjang utama dari penggerak ekonomi Islam dengan sistem bagi hasilnya dan pinjaman modal usaha tanpa bunga.
Hal ini sudah pernah dialami dari krisis-krisis ekonomi di masa lampau, sektor riil yang digerakan oleh usaha kecil dan menengah merupakan andalan utama daya tahan ekonomi di Indonesia dan juga di Philipna. Walau memang pandemi COVID-19 ini telah membuat para pelaku usaha mengalihkan usahanya ke online.
Hal ini dilakukan bukan hanya oleh para pelaku usaha di Indonesia saja, tetapi juga di Philipina. Terlebih di Philipina yang selama masa pandemi COVID-19 ini telah melakukan empat kali lockdown sehingga para pelaku usaha harus melakukan usahanya secara online jika ingin tetap berusaha. (Fatah)
Tinggalkan Balasan