EKSPOR NAIK 12 PERSEN, INDUSTRI MAINAN JADI ANDALAN

Mentri Perindustrian, Airlangga Hartarto, usai meresmikan peluncuran batik Barbie yang diproduksi oleh PT Mattel Indonesia, di Jakarta, Selasa ( 2/10)

Jakarta, Oase I News.com – Industri mainan menjadi salah satu sektor manufaktur andalan di Indonesia karena berorientasi ekspor. Untuk itu, kinerja sektor ini tengah dipacu guna memperbaiki struktur ekonomi nasional yang sedang mengalami defisit neraca perdagangan.

“Pemerintah saat ini sangat mendorong industri yang produknya berorientasi ekspor. Apalagidalam kondisi perekonomian dunia yang juga sedang melambat, kita jangan hanya fokus pada pasar domestik,” kata Mentri Perindustrian, Airlangga Hartarto, usai meresmikan peluncuran batik Barbie yang diproduksi oleh PT Mattel Indonesia, di Jakarta, Selasa ( 2/10).

Kementerian Perindustrian mencatat, industri mainan mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan melalui sumbangan dari nilai ekspor pada tahun 2017 yang mencapai USD302,42 juta atau naik 11,84 persen dibanding capaian tahun 2016 sebesar USD270,36 juta.

“Pemerintah telah membuat beberapa kebijakan yang dapat mendorong ekspor,di antaranya adalah pemberian insentif fiskal untuk industri melalui program Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE),” tutur Menperin.
Selain itu, peran penting industri mainan di dalam perekonomian, tercatat dari nilai produksi yang mencapai Rp10,7 triliun dengan kapasitas sebesar 4.575 ton pada tahun 2017. Kemudian, di tahun lalu juga, nilai investasi industri mainan bisa menembus hingga Rp410 miliar dan sampai saat ini jumlah tenaga kerja yang mampu diserap sebanyak 23.116 orang.

“Jadi, sektor ini pun tergolong padat karya, dengan memberikan multiplier effect bagi ekonomi kita dan kesejhateraan masyarakat,” tegas Airlangga. Oleh karenanya, Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Mattel Indonesia dalam pengembangan industri mainan di dalam negeri yang telah beroperasi sejak tahun 1992. Ini sekaligus menunjukkan kepercayaan Mattel terhadap iklim investasi di Indonesia.

“Melalui PT Mattel Indonesia, kita punya produsen mainan yang telah menguasai pasar global. Untuk boneka merek Barbie, enam dari 10 yang beredar di dunia itu dihasilkan dari perusahaan tersebut. Sedangkan, mobil mainan Hot Wheels, dua dari 10 produk yang ada di dunia merupakan buatan anak bangsa kita,” paparnya.

Apresiasi lainnya diberikan kepada PT Mattel Indonesia karena perusahaan ini menyerap tenaga kerja sebanyak 10 ribu orang dengan nilai ekspor dalam kurun lima tahun terakhir rata-rata di atas USD150 juta per tahun. “Tentunya kinerja ini sudah sejalan dengan kebijakan Bapak Presiden Joko Widodo dalam memacu industri nasional yang padat karya berorientasi ekspor,” jelas Airlangga.

Bahkan, PT. Mattel Indonesia ikut terlibat didalam program pendidikan vokasi yang link and match antara SMK dengan industri, yang diinisiasi oleh Kemenperin. “Program ini sebagai upaya pemerintah menciptakan tenaga kerja yang kompeten sesuai kebutuhan industry saat ini, seperti di sector industry mainan yang tentunya memiliki keunikan sehingga membutuhkan keahlian khusus,” imbuhnya.

Seiring implementasi industri 4.0 di Tanah Air, PT. Mattel Indonesia sudah menerapkan teknologi full robotic dalam proses produksinya, sehingga hasilnya lebih efisien, optimal, dan berkualitas. “Yang juga patut dibanggakan adalah mesin produksi mereka yang menggunakan teknologi digital tersebut dibuat oleh insinyur-insinyur kita,” ungkap Airlangga.

Oleh karena itu, Menperin menyambut baik inisiatif dan kesediaan PT. Mattel Indonesia untuk menjadi lighthouse project bagi produsen mainan di dalam negeri. “Kami optimis, dengan implementasi Industri 4.0 seperti yang dilakukan PT. Mattel Indonesia, maka Indonesia dapat mencapai top 10 ekonomi global pada tahun 2030 melalui peningkatan ekspor netto hingga 10 persen dari PDB serta peningkatan produktivitas melalui adopsi teknologi dan inovasi,” ujarnya.

Bagian dari kehidupan

Pada kesempatan yang sama, Menteri Airlangga menyampaikan, pihaknya terus aktif mempromosikan batik agar menjadi bagian kebutuhan masyarakat untuk berbagai aspek kehidupan. Jadi, tidak hanya digunakan sebagai pakaian resmi, batik juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan ekonomi.

“Seperti salah satu contohnya yang dikembangkan oleh PT. Mattel Indonesia dengan memproduksi Barbie yang mengenakan batik,” ungkapnya. Upaya ini diyakini dapat memberikan inspirasi dan edukasi kepada para konsumennya, terutama anak perempuan yang berusaia 3-7 tahun untuk mulai mengenal batik sebagai warisan kebudayaan Indonesia.

Bertepatan dengan perayaan Hari Batik Nasional, Barbie meluncurkan koleksi terbaru hasil kolaborasi dengan Iwan Tirta Private Collection, yakni koleksi Barbie Batik Kirana. Kolaborasi ini merupakan kali pertamanya bagi Barbie berkolaborasi dengan desainer lokal menggunakan kain identitas negeri.

Menurut Menperin, potensi batik dapat meningkatkan nilai tambah terhadap produk industri nasional. “Apalagi, kita punya kekayaan pada motif dan seni batik yang unik dan menarik dari seuruh pelosok daerah di Indonesia,” ujarnya.

Untuk itu, Kemenperin terus berupaya melestarikan batik sebagai warisan bangsa yang telah diakui oleh UNESCO sejak 2 Oktober 2009 sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. “Industri batik nasional memiliki daya saing yang kompetitif di pasar internasional. Indonesia juga menjadi market leader yang menguasai pasar batik dunia sehingga berkontribusi signifikan terhadap perekonomian,” tuturnya.

Kemenperin mencatat, keunggulan industri batik nasional terlihat dari capaian nilai ekspor sebesar USD58,46 juta pada tahun 2017 dengan tujuan pasar utama ke Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Bahkan, potensi perdagangan produk pakaian jadi di dunia yang mencapai USD442 miliar, menjadi peluang besar bagi industri batik dalam negeri untuk semakin meningkatkan pangsa pasarnya mengingat batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi.

Selanjutnya, selain mampu menyumbang devisa negara dari ekspor, industri batik berperan penting pula dalam membuka lapangan kerja. Sektor yang didominasi oleh para pelaku industri kecil dan menengah (IKM) ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 600 ribu orang dari 56 ribu unit usaha yang tersebar di seluruh Indonesia.

Airlangga Hartarto menambahkan, pihaknya semakin gencar mendorong para pengrajin dan peneliti industri batik nasional agar terus berinovasi mendapatkan berbagai varian warna alam. Upaya ini untuk mengeksplorasi potensi batik Indonesia sehingga memperkaya ragam kain wastra Nusantara dengan warna alam.

“Di samping itu, kami memiliki program e-Smart IKM yang bertujuan mendorong pelaku usaha untuk masuk dalam pemasaran online,” ungkapnya. Hal ini sebagai salah satu langkah strategis untuk menuju implementasi revolusi industri 4.0. ( S R Y )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *