GENERASI MILENIAL KOMPETEN DI SEKTOR KREATIF DIGITAL SAMBUT INDUSTRI 4.0

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menjadi pembicara pada acara Creative Industries Movement di Denpasar, Sabtu (1/12).

Denpasar, Oase I News.com – Masuknya era revolusi industri 4.0 menjadi momen penting bagi Indonesia dalam memacu kompetensi sumber daya manusia (SDM). Untuk itu diperlukan upaya pengembangan transformasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja saat ini.

“Industri 4.0 mendorong pemerintah melakukan empowering human talents. Jadi, terpacu untuk fokus memperkuat generasi muda kita dengan teknologi dan inovasi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menjadi pembicara pada acara Creative Industries Movement di Denpasar, Sabtu (1/12).

Menperin menilai, generasi milenial sangat berperan penting dalam menerapkan industri 4.0. Apalagi, Indonesia akan menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Artinya, sebanyak 130 juta jiwa yang berusia produktif dapat mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital.

“Dari pengalaman negara lain, seperti China, Jepang, Singapura dan Thailand, ketika mengalami bonus demografi, pertumbuhan ekonominya tinggi. Maka itu, Indonesia perlu mengambil momentum masa keemasan tersebut dengan terus membangun semangat optimisme,” paparnya.

Guna menyiapkan generasi milenial Indonesia yang mampu menghadapi era industri 4.0, Kemenperin telah memfasilitasi melalui beberapa inkubator yang dimiliki untuk menumbuhkan para pelaku industri kreatif. Sebab, sektor-sektor industri kreatif mampu memberikan kontribusi yang signfikan bagi ekonomi nasional. “Untuk itu, kita terus mengembangkan pusat startup kreatif,” tegas Airlangga.

Hingga kini, Kemenperintelah membangun gedung inkubasi bagi para pelaku usaha rintisan (startup) di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Bandung Techno Park, Bali Creative Industry Center (BCIC), Incubator Business Center di Semarang, Makassar Technopark, dan Pusat Desain Ponsel di Batam. “Tempat ini bisa menjadi inspirasi dan aspirasi menumbuhkan wirausaha industri baru,” imbuhnya.

Di Bandung Techno Park dan BCIC misalnya, Kemenperin punya beberapa program kekinian, antara lain pelatihan bagi calon pemimpin perusahaan yang menggunakan basis industri 4.0 seperti analisis big datadan internet of things. Selain itu menyediakan ruang inkubasi karya yang telah dihasilkan.

“Di BCIC sudah ada beberapa alumni yang menjadi pelaku industri kreatif andal di bidangnya, seperti Studio 70. Selain itu, difasilitasi juga untuk menciptakan produk kreatif yang mengangkat kearifan lokal, seperti membuat gamelan,” tuturnya. BCIC atau TohpaTI center ditujukan untuk menjadi wadah yang produktif dalam mencetakSDM kreatifdi bidang multimedia, animasi, kriya dan barang seni.

Di hadapan 600 peserta yang terdiri dari para pelajar, mahasiswa dan pelaku industri kreatif, Menperin pun menekankan, pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci peningkatan produktivitas tenaga kerja.“Kami mengajak pegiat industri kreatif untuk memanfaatkan betul fasilitas di BCIC. Silakan manfaatkan pelatihan, co-working space ataupun inkubator bisnis, tanpa perlu membayar sama sekali,” tandasnya.

Menperin menambahkan, pihaknya juga mendorong kepada pihak swasta untuk membangun inkubasi startup era digital. “Contohnya di Nongsa Batam, kemudian di BSD Serpong juga ada Apple Academy yang menjadi pusat startup dan inovasi pengembangan teknologi digital,” terangnya. Bahkan, pendiri Ali Baba Group akan membangun Jack Ma Institute of Entrepreneur di Indonesia.

Airlangga mengungkapkan, potensi ekonomi digital akan meningkatkannilai tambah terhadap PDB nasional sebesar 150 miliar dollar AS pada tahun 2025. “Ini akan menjadi peluang bagi 17 juta tenaga kerja yang tidak buta terhadap teknoogi digital. Dan, inilah yang kami dorong agar ekonomi digital terus berkembang, sehingga bisa ditangkap oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM) kita,” ujarnya.

Apalagi, pemerintah menargetkan terciptanya 1.000 technopreneur pada tahun 2020, dengan valuasi bisnis mencapai 100 miliar dollar AS dan total nilai e-commerce sebesar 130 miliar dollar AS. “Saat ini, Indonesia sudah punya empat unicorn, dan mereka semuanya tumbuh bukan bagian dari ‘konglomerasi’ sehingga membentuk wirausaha baru yang kuat,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih menyampaikan, peningkatan produktivitas pada era ekonomi digital juga difokuskan pada kemudahan access to market sektor IKM. Oleh karena itu, program e-smart IKM yang digagas oleh Kemenperin, menjadiplatform e-commerce untuk membangun sistem database IKM yang diintegrasikan melalui beberapa marketplace seperti bukalapak, Tokopedia, Shopee, Blibli, dan Go-Jek Indonesia.

“Saat ini, sudah ada sebanyak 4.925 pelaku IKM yang turut menjual produknya lewat digital platform tersebut. Kami terus gencar mendorong para pelaku IKM untuk lebih meningkatkan produktivitas dan menembus pasar ekspor. Sebab, IKM yang kuat akan menopang perekonomian bangsa,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *