PBB Membagi Wilayah Palestina Dengan Tidak Adil

Oleh : Dasman Djamaluddin
Jalur Gaza kembali bersimbah darah, baik darah korban anak Palestina, maupun yang luka-luka.
Itulah foto-foto yang dipublikasi Kantor Berita Inggris, “Reuters,” ketika pasukan Israel masuk melewati wilayah Jalur Gaza pada hari Minggu, 18 Maret 2018. Juga selesai sholat Jumat di Masjid al-Aqsa, penduduk Muslim Palestina melakukan aksi unjuk rasa.
Ironis. Warga Palestina yang bersenjatakan batu-batu dilawan dengan senjata dan tank-tank, bahkan dengan pesawat tempur Israel. Masyarakat internasional menyaksikannya melalui televisi dan siaran radio, juga dengan membaca berita di internet dan surat kabar, tetapi karena sudah terbiasa membaca dan mendengarnya, dianggap hal lumrah. Bahkan kalau kita saksikan, pesawat tempur Israel pun ikut dalam menyerang penduduk Palestina bersenjatakan batu-batu.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) yang dipublikasikan melalui sebuah video menunjukan tank-tank Israel masuk ke wilayah Hamas. Sekitar 100 penembak jitu Israel disiapkan untuk menahan aksi warga Palestina.
Israel sering menyebut teroris untuk pejuang Palestina. Tetapi saya sering merubah istilah itu dengan kata “pejuang Palestina.” Bahkan yang disebut teroris itu adalah pasukan Israel yang sering mencederai dan menewaskan pejuang Palestina bersenjatakan batu-batu.
Baru-baru ini,  pasukan Israel juga telah menembaki warga Palestina. Diberitakan 12 warga Palestina tewas dan 500 orang luka-luka.  Korban berjatuhan di pihak Palestina ini telah terjadi sejak Israel merdeka tahun 1948. Israel mendirikan pemukiman baru sehingga penduduk Palestina semakin tersingkir. Lihatlah peta Palestina sekarang ini, bandingkan peta Palestina tahun 1948.
Dahulu, tidak ada wilayah Israel. Kemudian Perserikatan Bangsa-Bangsa membagi wilayah Palestina dengan tidak adil. Tidak masuk akal, wilayah Israel lebih luas dari Palestina, sementara awal mulanya  merupakan wilayah Palestina secara keseluruhan.
Terakhir Presiden AS Donald Trump mengumumkan Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Hal ini menambah sulitnya menguraikan benang kusut masalah tanah Palestina. Harapan bangsa Palestina menjadikan Jerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina pun pudar.
Editor : Kosasih

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *