Oase I news.com, Bandung-Ungkapan Said Agil Siradj bahwa benih terorisme adalah Wahabi adalah ngawur, sentimentil, dan berbahaya. Said tak pernah berterimakasih kepada Negara Saudi yang membuatnya memperoleh gelar Doktor di Ummul Quro Makkah. Negara yang ia ditolong qua keilmuannya. Kemudian ia khianati habis dengan caci-maki tak beradab. Orang menilai tak pantas dilontarkan oleh seorang Professor atau ulama.
Wahabi dan Salafi tidak memusuhi negara manapun termasuk Indonesia. Kaum salafi jauh dari watak radikal apalagi teroris, aksi unjuk rasa saja dihukumkan haram. Melawan Pemerintah tidak boleh. Demikian juga dengan Wahabi yang bersumber dari Saudi. Wahabi dimusuhi keras oleh kaum Syi’ah. Mereka dinyatakan sebagai nawashib, kafir oleh Syi’ah.
Akar faham Syi’ah adalah radikalisme dan terorisme. Konsep imamah menciptakan permusuhan dan perlawanan terhadap ideologi negara di manapun. Spirit balas dendam dengan kekerasan ditarik dari pembantaian Karbala yang sebenarnya akibat dari watak khianat pengikut Syi’ah sendiri. Menyakiti diri (tathbir) dengan senjata tajam adalah ajaran kekerasan dan terorisme Syi’ah.
Bapak terorisme di Indonesia adalah aktivis Syi’ah yang tiba dari pembinaan di Qom Teheran. Namanya adalah Muhammad Ibrahim Djawad yang melangkah dengan tim nya melakukan peledakan bom Candi Borobudur tahun 1985. Sembilan bom meledak. Dia sendiri kabur ke Iran kembali. Sementara anak buah Syi’ah nya meledakan bom bis Pemudi dan Seminari Al Kitab Malang.
Jadi pintu masuk radikalisme dan terorisme jelas bukan Wahabi atau Salafi melainkan Syi’ah. SAS yang sedemikian banyak memuji-muji Syi’ah, justru membahayakan NKRI. Inkonsisten dukungan soal pluralisme. Dengan Kristen, Syiah, Ahmadiyah bisa berbaik baik tetapi dengan Salafi dan Wahabi justru menonjok-nonjok. Bahaya global yang tidak disadari adalah memusuhi Saudi Arabia dan bersahabat dengan Iran.
Saudi Arabia adalah negara di mana terdapat Makkah Mukarromah kiblat ummat, ada Madinah Munawwarah, Kota Nabi. Islam lahir di negeri ini, bukan di Qom atau Teheran apalagi Karbala. Jangan salah kiblat bangsa dan negara ini.( Simon )
Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
Tinggalkan Balasan