Oleh : M. Rizal Fadillah (Pemerhati Politik Dan Kebangsaan)
Oase I news.com, Bandung-Setelah Ketua DPR Puan Maharani keluar kandang dengan memasang baliho di mana-mana, dan kini mulai agak mengejutkan karena kader PDI Perjuangan (PDIP) tersebut mulai TAJAM MENGKRITIK kinerja pemerintahan Jokowi, khususnya dalam penanganan pandemi Covid-19. Pemerintah dianggap GAGAL untuk segera memulihkan kepercayaan masyarakat di tengah pandemi.
Bagai Banteng menyeruduk, Puan Maharani menyatakan “Percuma ada berbagai kebijakan bahkan pembatasan mobilitas rakyat kalau program ini di lapangan dijalankan ala kadarnya apalagi terkait dengan perut rakyat”. Cukup tajam kritiknya. Tembakan putri Megawati Ketua umum PDI Perjuangan ini dikemukakan di tengah Jokowi yang nampak sedang kebingungan menangani lonjakan angka keterpaparan Covid-19.
Pada waktu berbeda Puan juga menggebrak soal komunikasi publik. “Perbaiki komunikasi publik termasuk kejelasan siapa yang pegang komando dari krisis ini, terutama terkait dengan keputusan Pemerintah” padahal baru saja Jokowi menetapkan Luhut dan Airlangga sebagai “komandan” penanganan pandemi melalui PPKM.
Puan bukan Puan pribadi, ia merepresentasi pimpinan PDI Perjuangan. Masyarakat tahu bahwa PDI Perjuangan adalah “The Rulling Party” sehingga kebijakan Pemerintah adalah produk, sepengetahuan atau sepersetujuan PDI Perjuangan. Akan tetapi realitas politik berbeda di lapangan. Ada pasang naik dan surut hubungan intim politiknya. Jokowi memang bukan kader murni PDI Perjuangan dan gemar berjalan sendiri di sawah, got, hutan, atau jalan tol.
Kata Rocky Gerung kritik Puan pada Pemerintah Jokowi itu bagai “Jeruk makan jeruk”. Tetapi sebenarnya bedanya ada juga yaitu Puan itu jeruk Bali sedangkan Jokowi itu jeruk Mandarin. Bisa saja saling memakan, meskipun Luhut sebagai marketing jeruk Mandarin pernah memusatkan penjualannya di Bali melalui program “Work From Bali”.
Ketika relawan Jokowi menggaungkan perpanjangan jabatan Presiden tiga periode, PDI Perjuangan memiliki Puan Maharani sebagai kader jagoannya untuk dimajukan dalam Pilpres 2024 tentu meradang. Begitu juga ketika Jokowi bermain-main dengan Ganjar Pranowo, Puan Maharani MENGHAJAR Gubernur Jawa Tengah ini. Sebenarnya Puan atau PDI Perjuangan tidak akur-akur banget dengan Jokowi. Pandemi Covid-19 menjadi kendaraan politik untuk saling memperkuat posisi.
PDI Perjuangan sedang bermurung durja dipukul Jokowi saat ini ketika kadernya Juliari Batubara didera tuntutan Jaksa Penuntut Umum KPK 11 tahun. Sejak revisi undang-undang yang mengaturnya, KPK menjadi modal politik strategis bagi Jokowi. Ketua KPK Firli Bahuri dan Dewan Pengawas berada dalam genggamannya. PDI Perjuangan pun babak belur ketika banyak kadernya yang terjaring korupsi oleh KPK.
Kritik Puan tentu menjadi menarik karena dapat dibaca sebagai tantangan Puan kepada Jokowi. PDI Perjuangan sedang pasang kuda- kuda. Jika PDI Perjuangan menarik dukungannya kepada “Petugas partai yang durhaka” maka dipastikan Pemerintahan Jokowi bakal AMBROL sebelum 2024.
Netizen agak nakal mencoba menantang Puan untuk lebih bergerak maju dalam mengkritisi pemerintahan Jokowi.
“mbak Puan harus bisa ‘come up’ dengan berbagai ‘lirik’ dan irama’ yang lebih menendang, tuh. Ditunggu ya ‘diss track’ lanjutannya”. Bising juga irama musik hip hop di sekitar istana. Hip nya Puan hop nya Jokowi.( Simon)
Tinggalkan Balasan