Tim Advokasi KOPMAS Yuli Supriati: Lebih Mudah Menjadi Pasien Covid-19

Yuli Supriati, Tim Advokasi KOPMASĀ 

Jakarta – OaseIndonesiaNews

Beberapa hari ini banyak keluhan masyarakat sulitnya mencari fasilitas untuk pasien non Covid-19 peserta BPJS.

Yuli Supriati, tim Advokasi dari KOPMAS (Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat) menyampaikan keprihatinan atas kondisi tersebut, Jumat, 06/08/2021.

“Saya mengerti banget kondisi RS kita saat ini, tapi dengan trend penurunan BOR di beberapa RS khusus Covid-19 , bukan rujukan Covid-19 ya, harusnya pihak-pihak terkait Dinkes dan Kemenkes dapat mengatur dengan baik masalah ini, agar semua masyarakat yang sakit baik covid dan non covid terlayani dengan baik.”

” Tidak banyak orang yang berani mengambil resiko saat membutuhkan pertolongan bagi pasien yang non covid yang masuk UGD, banyak RS yang jadi rujukan covid mereka dengan gampangnya berkata: silahkan masuk UGD kami, tapi kami terima pasien covid-19 ya, dan anda harus siap untuk sementara bercampur dengan pasien covid-19.”

Tahukah mereka apa yang ada di benak keluarga dan pasien saat itu?
Panik, sedih, kalut dan putus asa. Hanya orang yang pasrah yang berani ambil resiko, kalau tidak ya langsung ambil langkah seribu meninggalkan UGD dengan perasaan hancur.

Kemana lagi masyarakat harus pergi?
Kondisi ekonomi yang sulit seperti ini memaksa masyarakat untuk berharap besar dengan BPJS
yang mereka bayar angsurannya dengan susah payah, tapi saat seperti ini sepertinya BPJS yg mereka punya sia- sia saja.

“Saya tidak akan bersuara apabila kondisinya seperti kemarin, saat lonjakan covid sangat tinggi. Tapi sekarang wisma atlit saja tinggal beberapa persen saja keterisiannya, sebaiknya pasien covid-19 yang ke RS rujukan mengarahkan kesana, bukankah itu memang disediakan khusus untuk covid ?”

“Jadi jangan lagi RS rujukan menolak pasien BPJS dengan alasan kamar penuh dan di sini covid semua.
Minggu kemarin kerabat saya juga hampir ditolak dengan alasan kamar penuh karena dia non covid, tapi begitu saya kroscek dengan manager RS ternyata masih ada, dan akhirnya masuk rawat inap.
Kenapa mesti dibedakan pasien covid dan non covid?”

“Secara klaim pasien covid lebih cepat dan lebih besar ketimbang pasien non covid yang masih pakai tarif Inacbgs, ini sih dugaan saya saja, kalo salah ya maaf.
Intinya saya berharap RS yang jadi rujukan covid agar tidak mempersulit pasien non covid yang akan masuk, semua pasien punya hak yang sama untuk sembuh.” terang Yuli Supriati. (Yudi K)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *