Oase I news.com, Kota Tangsel- Bertempat di Resto Kampung Anggrek, Rumah Inspiratif dan Kagama Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Jum’at (29/10/2021) siang, menggelar bincang-bincang Green Economy dengan tema “Green Economy dalam jiwa Entrepreneur”.
Kepada MediaBantenCyber.co.id, dalam keterangan Pers nya melalui WhatsApp pada Minggu (31/10/2021) petang, Bang Djay selaku Ketua panitia acara menjelaskan bahwa, tujuan acara tersebut diadakan untuk mengetahui dan menginformasikan kepada masyarakat tentang pentingnya semangat green economy bagi para pelaku bisnis karena masih banyak para pelaku usaha yang belum paham green economy.
Ditambahkan Bang Djay, narasumber dalam bincang-bincang kali ini antara lain, Drs. H. Didik Purwadi SE, MM dari unsur pengusaha dan sekaligus Founder Rumah Inspiratif dan Ketua Kagama Tangsel, Drs. Rujiyanto, M.Sn dari unsur akademisi dosen Binus University / pakar branding dan marketing serta Deden Deni SE Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan.
“Peserta yang hadir berjumlah kurang lebih 20 orang, dari berbagai unsur lintas sektor yang merupakan orang orang yang expert di bidangnya yaitu dari unsur pengusaha, media, pengamat ekonomi, aktifis lingkungan, ketua komunitas UMKM, akademisi, anggota Kagama Tangsel, birokrat,” kata Bang Djay.
Acara diawali dengan paparan dari 3 narasumber dilanjutkan dengan tanggapan dari peserta yang hadir, acara ini juga didukung oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangerang Selatan, omblek café resto & eatery, Bang Djay channel, senandika.id, Halo Serpong, Gerai Lengkong, Cahaya Cipta Abadi, Portal UMKM IKM EKRAF Tangsel.
Dalam paparannya Drs. H. Didik Purwadi SE, MM Founder Rumah Inspiratif mengatakan bahwa, memulai dari statement Menkeu Sri Mulyani, kalau jujur ada ancaman yang dahsyat selain Covid-19, apa itu ternyata ancaman perubahan iklim, contoh ada fenomena di Bali ribuan Burung mati, di Wonosobo 10000 Burung Pipit mati. Ini karena fenomena lingkungan yang kita khawatirkan karena dampak dari hujan asam karena di atmosfer banyak CO² dan emisi gas karbon dan sekarang acaman itu sudah sedang dan akan terjadi kalau kita paham situasinya ancaman itu nyata sebagai khalifah diciptakan Allah coba kita kumpul sharing bahas perubahan iklim.
“Bicara economy bicara improvement, paham kapitalis yang banyak dianut banyak Negara boros energi tidak suistane, kalau diteruskan anak cucu tidak dapat apa apa terumbu karang hilang aneka ragam hayati dan sources menipis,” ungkap Didik.
Didik juga menjelaskan, Green Economy tentunya harus berangkat terminologi mulai 1989 kemudian di remind oleh UNDP 2008 inti green economy yaitu, 1. Kesejahteraan manusia 2. Lingkungan 3. Sustainable 4. Keadilan sosial dan green economy salah satu variable dari banyak variabel.
Lanjutnya, RPJMN kabinet presiden Jokowi sekarang orientasinya green economy, karena sebuah tuntutan yang harus dilaksankan oleh pemerintah tidak ada pilhan lain berdasarkan ancaman di depan mata yang ia jelaskan tadi.
“Pertemuan ini sebagai awal saya punya pikiran, kenapa kita tidak buat event nasional hari lingkungan hidup dalam waktu 3 sampai 4 hari Itu kumpulkan korporasi besar yang sudah melaksanakan green economy punya CSR besar dan bisa di akses, seminggu yang lalu saya sampaikan dengan Pak Airlangga Hartanto & Budi Karya Sumadi – Menteri Perhubungan, beliau juga konsen dengan green economy. Menhub menyarankan kenapa kita tidak buat event melibatkan semua elemen masyarakat secara masif dari unsur lintas sektor selama kurang lebih tiga atau empat hari yang bisa memberikan dampak besar atau luar biasa kepada masyarakat untuk lebih aware green economy dan perubahan iklim,” Jelasnya.
Drs. Rujiyanto, M.Sn pakar branding / dosen Binus University mengatakan, ketika kita bicara green economy, kita tidak hanya bicara sustainable angka dan dampak lingkungan saja, green artinya hijau, hijau identik dengan daun dan lingkungan itu pasti yang menarik. Pada bulan November dirinya diundang pameran internasional poster terkait lingkungan, ia mengirimkan karya dengan judul white polution ternyata white polution jadi problem di dunia.
“Masyarakat kehutanan, ada program membahas pemberdayaan masyarakat di lingkungan hutan. Ternyata di hutan tidak hanya produk kayu ada sagu, madu, kopi dll. Saya berbicara branding sesuai spesialis saya, apa kaitannya dengan branding dengan Green Economy, ternyata semua orang bicara green economy, produk-produk yang menggunakan isu lingkungan, contoh ada produk brownies dari sagu, ada produk produk yang berbasis green economy dijual menembus ke 50 negara itu produk Indonesia yang tidak dikenal, ternyata produk ini memanfaatkan green marketing ini sambungan yang menarik dengan isu lingkungan terkait polusi terkait pemanfaatan tenaga listrik dan panas bumi dll menyebabkan perubahan iklim ternyata berpergaruh di lingkungan wirausaha. Produk yang menarik, produk seksi ini saya lihat tidak dilirik orang. Di UMKM belum ada yang garap produk berbasis green economy, harapannya bicara greem economy tidak hanya bicara lingkungan saja tapi bagaimana seorang pengusaha disemua level usaha besar, menengah, dan kecil bahkan mikro mau tidak mau harus berpikir green economy kita berbicara tentang mindset, mentalitas, perilaku dan terakhir brand value dari sebuah produk karena ternyata produk berbasis green economy mahal dan itu diminati masyakat yang cenderung aware dengan green economy seperti orang di beberapa negara di Eropa dan Jepang,” ungkap Om Branding Rujiyanto sapaan akrabnya.
Ia pun berharap, bicara persoalan green economy tidak hanya sekedar bicara perubahan iklim, di tataran pelaku umkm terkait mentalitas para pengusaha yang selalu dalam spirit green economy.
Sementara itu, Anfrizal selaku Kabid UKM Dinas Koperasi dan UKM yang mewakili Kadis Deden Deni mengatakan, dirinya senang dengan judul acara ini bincang green economy bagaimana menciptakan green economy di Tangsel, berangkat dari sini ia melihat menurut sudut pandangnya bahwa green economy ini green hijau ketika mobilisasi di jalan raya, sepeti lampu merah ada lampu merah hijau kuning, lampu hijau dibolehkan jalan artinya bagaimana melihat menatap kedepan degan baik dan tenang.
“Saya analogikan green economy ini, bagaimana pembangunan berkelanjutan memenuhi kebutuhan saat ini tanpa memberikan kegagalan atau berdampak negatif berdampak untuk masa yang akan datang, contoh walaupun pembagunan di Tangsel pesat, kita perhatikan dampak pembangunan sepeti apa. Contoh di wilayah tertentu sebelum ada pembangunan tidak ada banjir, setelah pembangunan ada masalah baru dampak seperti banjir air tidak terkontrol, masalah kebersihan dan keamanan. Prinsipnya bagaimana pembangunan berkelanjutan kedepan menjadi harmonis dan baik walaupun ada pembangunan kedepannya menjadi baik,” katanya.
Dalam menjalankan kebijakan pemkot Tangsel tentu ada rambu-rambunya, ketika ada pihak melakukan sesuatu tentu ada rambu-rambunya. Inilah yang perlu kita jaga agar tidak terdampak kepada masyarakat Tangsel. Terlepas dari disandingkan dengan pelaku usaha kita berharap dengan green economy, UMKM kedepan semakin maju, jangan mundur di tengah jalan dengan kapasitas ini Pemkot Tangsel mendukung dengan memfasilitasi, sarana dan prasarana, kita sinergikan dengan pelaku usaha, dari usaha start up UMKM ini berkembang tentu ada indikator mulai dari ijin, bagaimana produk bagus packaging kurang bagus disini pemkot mendukung produk yang bagus ini agar packagingnya bagus dan bisa dikembangkan.
Pemkot Tangsel siap membantu fasilitasi UMKM, salah satunya pendampingan UMKM sebagai program berkelanjutan oleh tenaga pendamping profesioanal di Kecamatan, bisa mendampingi UMKM start up agar bisa berkembang. Kita punya target 6 bulan seperti apa, awalnya 2 pekerja 6 bulan kedepan omset bertambah tentu pekerja bertambah inilah target pendamping, saat ini Dinas Koperasi dan UKM telah menyiapkan 85 pendamping yang sudah dilakukan pelatihan tenaga pendamping dan punya sertifikat dari BNSP. “Topik ini sangat bagus perlu ditindaklanjuti bagaimana kedepan masyarakat tangsel paham dengan tema bincang bincang entereprenuer sehingga manjadi sukses,” pungkas Anfrizal.(Simon)
Tinggalkan Balasan