PADANG-SUMBAR, Oase I News.com –
Edriana : Pemerintah Harus Siapkan Antisipasi Terbaik Untuk Masyarakat Terdampak Bencana
SUMBAR – Pasca Banjir Bandang dan longsor yang terjadi di wilayah Solok Selatan, Sumatera Barat sejumlah pengungsi masih banyak yang tinggal di dua titik lokasi Posko, yakni di Manggih (sekitar tujuh kepala keluarga, 28 jiwa) dan di Balai Adat (27 kepala keluarga, 175 jiwa).
Pihak dari Pemerintah Sumbar juga menyiapkan Posko cadangan di SD 19 Sapan Salak, yang mana akan diaktifkan jika cuaca hujan.
Perlu diketahui, berdasarkan info Sumbarprov.go.id terkait penyebab gemba bumi antara lain, Sumbar merupakan Jalur Subduksi Sumatera merupakan Jalur lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di indonesia yang memanjang dari Pantai barat Sumatera hingga ke Selatan Nusa Tenggara. Subduksi Sumatera di Tandai dengan Menghasilkan tangkaian busur pulau depan yang non vulkanik seperti Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano. Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan ±50-60 mm/tahun. Batas antar 2 (dua) lempeng ini terdapat zona subduksi dangkal atau yang disebut sebagai Megathurst Subduction Sumatera. Hal ini yang menjadi kekhawatiran masyarakat karena di perkirakan masih memiliki potensi terjadinya gempa bumi dengan Magnitudo 8.9SR pada zona ini.
Berdasarkan hasil rapat dengan Pimpinan dan Forkopimda, masa tanggap darurat bencana diperpanjang sampai dengan 19 Desember 2019.
Komandan Tanggap Darurat Yulian Efi didampingi Richi Amran selaku Kalaksa dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan menjelaskan mengenai perpanjangan masa tanggap darurat.
“Keputusan perpanjangan masa tanggap darurat ini diambil melalui beberapa pertimbangan diantaranya adalah kondisi cuaca hujan yang terus menerus,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa sebagian Masyarakat yang terdampak bencana banjir bandang masih merasa takut untuk kembali ke rumah.
“Masih ada beberapa akses jalan yang belum bisa dilalui dan jembatan darurat juga belum selesai pengerjaannya. Sedangkan untuk dapur umum sudah tidak diaktifkan lagi. Bagi pendistribusian bantuan bisa dilakukan langsung dilapangan melalui koordinator Posko Utama,” ungkapnya.
Terpisah, Politisi Partai Gerindra dan juga sosok Pemerhati Perempuan Edriana, SH.MA menanggapi kondisi pasca bencana yang terjadi.
“Untuk antisipasi tentu adalah memberi pendidikan bagaimana cara lakukan evakuasi secara berkala. Karena yang paling diutamakan adalah keselamatan manusia. Longsor yang diakibatkan gempa memang sulit dihindari, maka diharapkan agar penebangan pohon menjadi hal utama yang harus ditindak tegas. Pastikan semua pihak serius menanganinya, agar setiap orang tidak berani bermain – main bekerjasama dengan pihak perusahaan yang exploitasi hutan secara ilegal,” katanya saat dikonfirmasi redaksi media ini melalui telepon selulernya.
Menurutnya, dengan cara membudidayakan menanam pohon di hutan dan tempat rawan tetap menjadi hal efektif.
“Begitu juga dengan Penambangan liar, harus dibersihkan, perijinan usaha di wilayah pegunungan dan wilayah rawan gempa longsor harus dicegah dengan keras dan tegas,” tambahnya.
Edriana, SH.MA sangat berharap agar pengungsi anak-anak, orang tua dan perempuan benar-benar mendapatkan perhatian, baik makanan maupun kebutuhan pokok mereka,” tutupnya.
(Put)
Tinggalkan Balasan